Wednesday, March 26, 2025

 TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN SERAI WANGI

 

Ayyub Arrahman dan M.Sudjak Saenong

Balai Penelitian Tanaman Serealia Maros

 

ABSTRAK

Tulisan ini mengulas beberapa rujukan yang menjelaskan prihal teknologi budidaya tanaman serai. Didalam tulisan ini juga dijelaskan akan manfaat tanaman serai sebagai bahan pestisida nabati, komoditas ekport dan status plasma nutfah dari tanaman serai yang terbaik.

 


PENDAHULUAN

Nungki Dwi, 2013 : Seiring berkembangnya penduduk dunia, kebutuhan akan minyak serai wangi semakin meningkat. Di Indonesia sendiri, terdapat 2 jenis tanaman serai yaitu serai dapur (Cymbopogon citratus) dan serai wangi (Cymbopogon nardus L.)1. Tanaman serai wangi berasal dari Srilanka dengan kondisi tanah tropis, lembab, cukup sinar matahari dan memiliki curah hujan yang cukup. Di Srilanka tumbuhan yang hidup secara liar ini biasanya memiliki nama jenis lenabatu. Pada tahun 1990, jenis serai ini datang ke Indonesia dan dibudidayakan. Sedangkan jenis lainnya adalah  mahapengiri, yang diyakini masyarakat merupakan tanaman asli Indonesia. Dalam dunia perdagangan minyak serai wangi mahapengiri yang berasal dari Indonesia disebut Java citronella oil’s. sementara minyak serai wangi berasal dari Srilanka yang dihasilkan dari jenis lenabatu disebut Ceylon citronella oil’s1. Umumnya tidak ada perbedaan yang berarti dari kedua varietas ini. Tanaman serai berdaun pita, agak kaku, pinggir daun berwarna merah atau ungu, aroma tajam dan dapat tercium dari jarak yang cukup jauh. Tetapi secara perdagangan, Java citronella oil’s lebih disukai konsumen Eropa dan Amerika karena mutu dan karakteristiknya lebih unggul dari jenis Ceylon. Varietas ini dikatakan memiliki akar yang lebih pendek, daun lebih lebar dan kurang kaku serta hasil minyak lebih banyak dari varietas lenabatu. Maka, tak heran sekarang, serai sitronella atau disebut juga “Java Type” dibudidayakan dihampir seluruh Negara tropic tak kecuali Srilanka.

Edi Rizal, 2013 : Tanaman serai wangi sudah sejak lama dibudidayakan di Indonesia. Jenis yang banyak dikenal adalah mahapengiri dan lenabatu. Tanaman serai wangi memiliki bentuk daun yang lebih lebar dibandingkan bentuk serai wangi biasa. Daunnya membentuk rumpun yang lebih besar dengan jumlah batang lebih banyak. Warna daun lebih tua (hijau tua), sedangkan serai biasa berdaun hijau muda agak kelabu. Tanaman serai wangi memiliki  nama ilmiah Cymbopogon nordus L. Klasifikasi tanaman serai wangi sebagai berikut :

Divisi                                      :  Spermatophyta

Sub divisi                                :  Angiospermae

Ordo                                       :  Graminales

Famili                                      :  Panicodiae

Genus                                      :  Cymbopogon

Spesies                                     :  Cymbopogon nardus L

 

Edi Rizal, 2013 : Tanaman serai wangi memiliki ciri – ciri sebagai berikut :

1.      Tumbuh berumpun.

2.      Akar serabut jumlah cukup banyak, mampu menyerap unsure hara dalam tanahcukup baik sehingga pertumbuhanya lebih cepat.

3.      Daun pipih memanjang menyerupai alang – alang. Pajang daun mencapai 1 meter melengkung. Lebar daun bila pertumbuhan normal antara 1 – 2 cm.

4.      Bila daun diremas tercium aroma tajam khas serai wangi.

5.      Warna daun hijau muda hingga hijau kebiru – biruan.

6.      Batang berwarna hijau dan merah keunguan.

 

Tahapan Budidaya Tanaman Serai Wangi

Nur Fatimah, S.TP, 2013 : Tahapan budidaya tanaman serai wangi sebagai berikut :

1. Persiapan bibit

2. Pengolahan tanah,

3. Penanaman.

4. Pemeliharan.

5. Peremajaan.

6. Pengendalian hama dan penyakit.

 

Persiapan Bibit

Nur Fatimah, S.TP, 2013 : Bibit serai wangi yang digunakan sebagai bahan tanam harus memenuhi beberapa kriteria antara lain :

1.      Bahan tanam harus sehat, dan bebas dari hama penyakit

2.      Bahan tanam berupa rumpun tua, sekurangnya berumur 1 tahun

3.      Bahan tanam (stek) diperoleh dengan cara memecah rumpun yang berukuran besar namun tidak beruas

4.      Sebagian pelepah daun dari stek dipotong 3 – 5 cm

5.      Sebagian akar ditinggalkan sekitar 2,5 cm di bawah leher akar

 

Pengolahan Lahan

1.      Tanah digemburkan dengan cara dicangkul sedalam 35 cm. Dan tanah yang semula dibawah dibalik ke permukaan

2.      Tanah dibersihkan dari rumput atau gulma.

3.      Lahan dibiarkan 2 – 3 hari agar tanah dapat melakukan penguapan.

4.      Buat bedengan dengan ukuran panjang + 2 m dan lebar + 1,5 cm.

5.      Lahan yang miring dibuat terasering agar humus pada permukaan tanah tidak hanyut atau terbawa oleh air hujan.

6.      Seluruh areal pertanaman diberi saluran pembuangan air agar air tidak menggenang. Hal ini dikarenakan pertumbuhan tanaman serai wangi kurang baik jika terlalu banyak air.

 

Persemaian

Nur Fatimah, S.TP, 2013 : Sebelum ditanam, bahan tanam yang berupa bibit sebaiknya disemai dahulu. Hal ini bertujuan untuk mengurangi faktor kegagalan penanaman di lapangan. Langkah membuat persemaian adalah sebagai berikut :

1. Tanah dicangkul dan dicampur pasir dengan perbandingan 2 : 1.

2. Buat bedengan dengan ukuran panjang disesuaikan dengan kondisi lapangan, lebar 80 - 120 cm, dan tinggi 25 – 50.

3. Di atas bedengan diberi pupuk kandang atau kompos secara merata.

4. Bedengan diberi pohon naungan atau diberi atap daun kelapa, alang dsb.

 

Penanaman

1.      Jarak tanam 100 x 50 cm.

2.      Buat lubang tanam dengan ukuran panjang 30 cm, lebar 30 cm, kedalaman 30 cm.

3.      Lubang tanam diberi pupuk kandang + 0,2 kg – 0,3 kg/lubang tanam.

4.      Lubang tanam dibiarkan terbuka selama 2 minggu agar mendapat sinar matahari.

5.      Tanah bekas cangkulan dimasukkan kembali ke dalam lubang seperti sediakala.

6.      Agar bibit serai wangi tidak banyak yang mati sebaiknya penanaman dilakukan pada musim hujan.

7.      Ambil 2 – 3 bibit serai wangi kemudian dimasukkan tepat di tengah lubang tanam. Posisi agak miring sekitar 600 - 700 dari permukaan tanah.

8.      Timbun bibit dengan tanah bekas galian lubang lalu tekan merata ke sekeliling tanaman.

9.      Penanaman dilakukan pada sore hari.

Pemeliharaan

1.      Penyulaman

Penyulaman dilakukan pada saat 2 – 3 minggu HST.

Lakukan penyulaman bila ada tanaman yang layu, mati atau pertumbuhan kurang sempurna

2.      Penyiangan

Pembersihan tanaman dari rumput atau gulma sebaiknya dilakukan setiap selesai panen.

Selain itu batang serai yang telah kering juga dibersihkan.

Penyiangan dilakukan pada awal maupun akhir musim penghujan karena pada waktu itu banyak gulma yang tumbuh.

3.      Pembumbunan

Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan yang bertujuan untuk memperbaiki aerasi dan drainase tanah, selain itu juga untuk mencegah air menggenang.

4.      Pemupukan

Dosis pemupukan per ha per tahun adalah 150 – 300 kg urea. 25 – 50 kg TSP dan 125 – 250 kg KCL yang diberikan berturut-turut sebagai berikut :

Tahap I diberikan 3 kali yaitu : umur 1 bulan (37,5 – 75 kg Urea, 31,25 – 62,5 kg KCL, 20 - 25 kg TSP), umur 6 bulan (37,5 – 75 kg Urea, 31,25 – 62,5 kg KCl) dan umur 9 bulan ( 75 – 150 kg Urea, 62,5 – 125 kg KCl). Tahap II diberikan 2 kali yaitu : umur 12 bulan ( 75 – 150 kg Urea, 62,5 – 125 kg KCl, 25 – 50 kg TSP) dan pada tahun ke-3 dan ke-4.

 

Peremajaan

Nur Fatimah, S.TP, 2013 : Masa produktif tanaman serai wangi yaitu 4 tahun. Yang ditandai dengan berkurangnya rendemen minyak pada daun. Oleh karena itu, perlu dilakukan peremajaan kembali. Peremajaan dilakukan dengan cara menanam bibit pada sela-sela atau tengah barisan dari tanaman lama. Dan dilakukan pada akhir tahun ke-3. Pada akhir tahun ke-4 tanaman baru telah berumur 1 tahun lalu tanaman lama dibongkar.

 

Pengendalian Hama Penyakit

Tanaman serai wangi ini relatif tahan terhadap serangan hama dan penyakit.

 

Pemanenan

Serai wangi yang siap panen memiliki ciri-ciri : memiliki 6 – 8 lembar daun tua, daun berwarna hijau tua, daun beraroma wangi, daun lebih lentur, jika bagian bawah daun ditekuk dengan perlahan akan terlihat titik-titik minyak keluar dari pori-pori daun.

Tahapan pemanenan serai wangi sebagai berikut :

1.      Pemanenan I dilakukan pada saat tanaman berumur 7 – 8 bulan. Dan Pemanenan II saat umur 10 – 12 bulan.

2.      Setelah tahun ke-2, tanaman memasuki tanaman produktif sehingga dapat dipanen setiap 3 – 4 bulan sekali.

Penentuan waktu panen memegang kunci dalam budidaya ini. Panen yang terlambat disamping menyebabkan kadar geraniol dan sitronelal berkurang, juga menyebabkan sebagian daun layu mengering, sehingga sebagian minyak hilang. Di lain pihak, panen yang terlalu dini, justru dapat merusak kondisi tanaman dan minyaknya masih sedikit (Santoso, H.B.)

Serai wangi baik dipanen pada pagi hari jam 06.00 – 10.00 WIB dan sore hari jam 15.00 – 18.00 dengan menggunakan sabit dan jarak pemangkasan sekitar 3 – 5 cm di atas pangkal daun dan hasil panen ditumpuk di dekat rumpun tanaman, dan dikemas dalam bentuk gulungan (Rizal, E. 2011).

 

Kegunaan Serai Wangi

Tanaman serai wangi mempunyai beberapa kegunaan salah satunya adalah sebagai vegetasi konservasi yaitu potensial untuk mencegah terjadinya erosi tanah dan merehabilitasi lahan-lahan kritis (Anonim, 2007). Tanaman serai terutama batang dan daun bisa dimanfaatkan sebagai pengusir nyamuk karena mengandung zat-zat seperti geraniol, metil heptenon, terpen-terpen, terpen-alkohol, asam-asam organik, dan terutama sitronelal sebagai obat nyamuk semprot. Dan minyak serai wangi sebagai hasil produksi dari tanaman serai wangi berguna sebagai bahan bio-aditif bahan bakar minyak (Balittro, 2010).

 

 

Koleksi Serai Wangi Unggul

Sri Wahyuni, Hobir dan Yang Nuryani, 2013 : Kedelapan serai wangi tersebut merupakan koleksi yang berasal dari KP Cimanggu dan termasuk ke dalam tipe Mahapengiri. Dari delapan nomor yang dievaluasi empat nomor telah dilepas dengan keputusan menteri pertanian Nomor : 627/Kpts/TP/240/ 11/92 tertanggal 3 Nopember 1992 dengan nama serai wangi 1, serai wangi 2, serai wangi 3, dan serai wangi 4 yang berasal dari tanaman koleksi dengan kode nomor T-ANG 1, 2, 3 dan 113. Karakter penting dari varietas yang sudah dilepas tersebut disajikan pada Tabel 8. Tiga nomor lainnya yang produktivitasnya lebih tinggi belum dilepas. Untuk dapat melepas nomornomor tersebut, berdasarkan peraturan yang baru, perlu dilakukan pengujian multilokasi di beberapa daerah produksi.

 

Description: 0t8

 

                Sumber : Sri Wahyuni, Hobir dan Yang Nuryani, 2013

 

DAFTAR PUSTAKA DAN BACAAN

 

Anonim, 2013. Pemanfaatan Sereh Wangi Sebagai Tanamam Tumpang Sari Di Perkebunan Jabon. http://kebunsemeru.wordpress.com/2012/02/05/pemanfaatan-sereh-wangi-sebagai-tanamam-tumpang-sari-di-perkebunan-jabon/. Diakses tgl 6 Januari 2013.

 

Bataviareload, 2013. Panduan menanam serai. http://bataviareload.wordpress.com/daftar/pertanian/panduan-menanam-serai/. Diakses tgl 6 Januari 2013.

Edi Rizal, 2013. Pengenalan Tanaman Serai Wangi. http://edirizal24.blogspot.com/2011/05/psk-budidaya-serai-wangi.html. Diakses tgl 6 Juni 2013.

Ferry, 2013. Minyak Sereh Dapur / Lemongrass Oil. http://ferry-atsiri.blogspot.com/2006/10/minyak-sereh-dapur-lemongrass-oil.html. Diakses tgl 6 Januari 2013.

Foragri, 2013. Upaya Meraih Dollar Dari  Citronella Oil http://foragri.blogsome.com/upaya-meraih-dollar-dari-citronella-oil/. Diakses tgl 6 Januari 2013.

Fujiboga, 2013. http://myblog-alfauzi.blogspot.com/2011/08/minyak-atsiri-teknologi-budidaya-atsiri.html. Diakses tgl 6 Januari 2013.

Jabatan Pertanian Negeri Perak, 2013. Panduan menanam serai. http://www.pertanianperak.gov.my/jpp/index.php?option=com_content&view=article&id=411:panduan-menanam-serai&catid=68:manual-tanaman. Diakses tgl 6 januari 2013.

Nungki Dwi, 2013. Minyak serai wangi. http://nungkisyalalala.blogspot.com/2011/12/minyak-serai-wangi-sebagai-minyak.html. Diakses tgl 6 Januari 2013.

Nur Fatimah, S.TP, 2013.  “Serai Wangi : Tanaman Perkebunan Yang Potensial“. PBT Ahli Pertama - BBP2TP Surabaya. http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&ved=0CC0QFjAA&url=http%3A%2F%2Fditjenbun.deptan.go.id%2Fbbp2tpsur%2Fimages%2Fstories%2Fperbenihan%2Fsereh%2520wangi.pdf&ei=5bXoUKLSGIWCkwW62oGwDw&usg=AFQjCNEbVbYKu6iIl_24buYbLJm1fIWs9g&bvm=bv.1355534169,d.bmk. Diakses  tgl 6 Januari 2013.

Pertanian dan Perkebunan, 2013. Manfaat minyak serai wangi untuk pengendalian penyakit. http://tani-kebun.asgar.or.id/manfaat-minyak-sereh-wangi-untuk-pengendalian-hama-pada-tanaman/. Diakses tgl 6 Januari 2013.

Sri Wahyuni, Hobir dan Yang Nuryani, 2013. Status Pemuliaan Tanaman Serai Wangi (Andropogon Nardus L.). http://minyakatsiriindonesia.wordpress.com/budidaya-serai-wangi/sri-wahyuni-dkk/. Diakses tgl 6 Januari 2013.